SMK Maharati Hidupkan Literasi Lewat Kebijakan “Dari Hape ke Buku”, Rapor Pendidikan Membaik
Resensi Kaltim, KALIMANTAN TENGAH — SMK Maharati, sebuah sekolah menengah kejuruan yang berada di pedalaman hutan Kalimantan Tengah, menerapkan kebijakan baru bagi muridnya yaitu wajib membaca buku setiap pagi sebelum pelajaran dimulai. Program ini diluncurkan sebagai respons terhadap hasil evaluasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menunjukkan rendahnya kemampuan literasi dan numerasi di beberapa daerah. Target utama adalah meningkatkan kualitas rapor pendidikan sekolah.
Setelah satu tahun berjalan, indeks rapor pendidikan SMK Maharati meningkat dari kategori kuning (perlu perbaikan) menjadi hijau (bagus), sebagai indikasi bahwa program literasi ini mulai menunjukkan hasil positif.
Pengaturan “Hape vs Buku”: Sistem Disiplin dan Kebiasaan
Dikutip dari Kompas.com, Kepala Sekolah SMK Maharati, Aris Dianto, menjelaskan bahwa program membaca diwajibkan selama satu bulan penuh: satu buku per murid, dilaporkan ke wali kelas. Jika target tidak tercapai, hak penggunaan telepon seluler (hape) dibatasi, khususnya pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu.
“Hapenya saya tahan, enggak dikasih di hari libur… Murid pegang hape di hari Sabtu dan Minggu,” ungkap Aris, Rabu (1/10/2025).
Sekolah memperbolehkan pilihan genre bacaan bebas, kecuali materi dewasa. Semua buku yang masuk perpustakaan seleksi terlebih dahulu. Di asrama, larangan menggunakan hape diwajibkan, sehingga siswa memilih untuk membaca buku sebelum tidur sebagai kebiasaan baru.
Murid juga dinilai melalui sistem poin: membaca menambah poin; malas membaca atau melanggar kebijakan literasi mengurangi poin. Hukuman tidak berupa sanksi berat, melainkan tugas membaca tambahan atau tugas kreatif misalnya lomba penulisan gagasan.
Tidak hanya murid, guru dan staf sekolah juga diwajibkan membaca dan diberikan pelatihan literasi. Tujuannya agar mereka bisa memberikan contoh nyata dalam penggunaan buku dan kemampuan memahami teks serta menyalurkan gagasan secara tertulis.
Tantangan dan Usaha Perluasan Koleksi
Perpustakaan SMK Maharati aktif dengan sekitar 280 buku yang digunakan murid secara rutin, meskipun total koleksi — termasuk buku hilang — diperkirakan mendekati 1.000 eksemplar. Novel menjadi bacaan favorit karena selain hiburan, bisa memperkaya kosakata.
Kepala Perpustakaan, Dhia Zulfiqar, melihat kekurangan dalam koleksi bacaan lokal, khususnya terkait keanekaragaman hayati, sejarah, dan budaya Kalimantan. Oleh karena itu, sekolah mulai mengorder buku pertanian, perkebunan, sejarah lokal, budaya Dayak, termasuk karya langka seperti tulisan Tjilik Riwut.
Lokasi, Akses, dan Makna Pendidikan di Pedalaman
SMK Maharati terletak di Desa Buhut Jawa, Kabupaten Kapuas Tengah, Kalimantan Tengah — lebih dari 326 kilometer dari Palangka Raya, dengan waktu tempuh sekitar delapan jam. Dikelola oleh Yayasan Bina Harati Pama di bawah PAMA Group, sekolah ini berada jauh dari pusat kota. Di tengah keterbatasan akses dan sarana, kebiasaan membaca menjadi “jendela dunia” bagi murid.
Program membaca bukan hanya kewajiban, melainkan diharapkan menjadi kebutuhan dan budaya: murid menemukan manfaat, guru menjadi teladan, dan sekolah memperkuat literasi sebagai bagian dari identitas pendidikan. (yin)