Isman Wahyudi dan Pijat Kretek: Dari Terapi Pribadi Jadi Jalan Berbagi
Berawal dari upaya mengatasi sakit punggung parah yang pernah ia alami, Isman Wahyudi kini menjadi salah satu terapis pijat kretek yang cukup dikenal di Samarinda. Lebih dari sekadar mencari nafkah, aktivitas ini menjadi jalan baginya untuk membantu orang lain dan melestarikan teknik penyembuhan tradisional.
Dari Rasa Sakit Menuju Jalan Pengabdian
Pijat kretek merupakan teknik pijat yang mengandalkan tekanan pada tulang belakang hingga menghasilkan suara “kretek” khas. Metode ini dipercaya dapat membantu mengatasi masalah tulang dan sendi, dan kini semakin populer sebagai bentuk pengobatan alternatif.
Isman pertama kali mengenal teknik ini saat mencari solusi atas gangguan tulang belakang yang membuatnya tak bisa bangun dari tempat tidur selama berhari-hari.
“Awalnya saya cuma mencari cara buat sembuh. Tapi setelah merasakan manfaatnya, saya mulai berbagi dan ternyata banyak yang tertarik,” tuturnya.
Ia menambahkan, pijat kretek yang awalnya hanya membuat tubuh terasa lega, lama-kelamaan terasa memberi dampak lebih dalam proses pemulihan.
Viral di Media Sosial, Pasien Datang dari Luar Kota
Selain bekerja sebagai pegawai kelurahan di Sempaja Barat, Isman mulai membagikan pengalamannya di media sosial. Respons publik pun tak terduga—video-videonya tentang teknik pijat kretek menjadi viral, menarik perhatian warga dari luar kota seperti Balikpapan hingga Banjarmasin.
“Banyak yang datang ke rumah hanya untuk coba pijat ini. Ada yang jauh-jauh dari luar kota, dan saya merasa senang bisa bantu,” ungkap pria 53 tahun ini.
Isman membuka praktik di rumahnya di Jl. RE. Martadinata, Gang Mawar No. 9, Teluk Lerong, Samarinda. Ia menerima pasien setiap sore mulai pukul 16.00 hingga 20.00 Wita, menyesuaikan dengan waktu luang para pekerja.
Menjaga Tradisi di Tengah Era Digital
Meskipun tenar berkat media sosial, Isman tetap memegang prinsip menjaga nilai-nilai dasar dari pijat kretek. Ia percaya teknik ini bukan hanya bermanfaat secara fisik, tetapi juga sarat makna budaya dan humanis.
“Pijat kretek ini bukan hal baru, tapi saya ingin ajarkan dengan cara yang tetap menghormati akar tradisinya. Ke depan saya juga ingin latih lebih banyak orang agar teknik ini tidak hilang,” ujarnya.
Bagi Isman, praktik ini lebih dari sekadar layanan terapi. Ia menyebutnya sebagai ruang berbagi pengalaman, kelegaan, dan harapan.
“Tujuan saya bukan hanya mengobati, tapi juga memberi kenyamanan. Orang datang tidak hanya membawa sakit, tapi juga cerita. Dan saya ingin mereka pulang dengan perasaan lebih baik,” tutupnya. (asm)